Thursday, August 30, 2018



Inferiority Complex Syndrome Sebagai Salah Satu Penyebab Penyakit Sosial


Hampir setiap orang pasti pernah merasa inferior (rendah). Manifestasi dari inferior dalam kehidupan sehari hari kita kenal dengan sebutan minder. Minder berawal dari penilaian diri yang buruk. Individu merasa tidak kompeten, tidak mampu, rendah, hina, tidak berguna, dan berbagai perasaan negatif tentang dirinya sendiri. Perasaan minder tersebut muncul karena individu yang mengalami inferioritas merasa atau betul-betul mempunyai kekurangan pada fizikal ataupun psikologinya. Terkadang rasa inferior tanpa disadari dipupuk oleh individu  dengan terlalu sering membandingkan kekurangan diri sendiri dengan kelebihan orang lain. Adapun gejala inferioritas yang paling umum, diantaranya :
  • Perilaku mencari perhatian. Dengan berbagai cara, subjek inferior secara terus menerus berusaha mendapatkan perhatian.
  • Dominasi, yaitu jika seseorang berbuat seolah-olah berkuasa atas sesuatu yang sebenarnya justru menyebabkan dirinya merasa minder.
  • Eksklusif, yaitu perilaku tidak terlibat dalam aktiviti sosial dan lebih suka menyendiri akibat banyak kekurangan.
  • Kompensasi, jika seseorang menyembunyikan perasaan inferiornya dengan mengembangkan diri, sehingga akhirnya mendatangkan respek dan perhatian dari orang lain.(biasanya ada pengalaman lalu dipandang tidak berguna oleh individu lain)
  • Kritis, yaitu jika seseorang memiliki kebiasaan mengkritik orang lain dalam upaya menciptakan dan memelihara citra bahwa dirinya lebih mampu dari orang lain.
Terdapat tiga aspek yang menyebabkan rasa inferior pada individu. Aspek tersebut sebagai berikut :
  1. Aspek fizikal
  2. Aspek ekonomi
  3. Aspek kemampuan Intelektual
Inferior dapat menular kepada siapa saja dari kalangan manapun. Jika rasa itu dikembangkan dan melahirkan tujuan-tujuan superior dan mengkompensasi rasa inferioritasnya, maka itu bukan lagi suatu hal yang wajar melainkan sudah menjadi bentuk kelainan yang disebut inferiority complex syndrome dan ianya menganggu kefungisan sebenar kehidupannya. Inferiority complex syndrome membuat individu memandang dirinya rendah, membenci dirinya sendiri, terasing dari lingkungannya, dan sangat mengganggu aktiviti kehidupannya dan menganggu kefungsian sebenar. Dengan merujuk pada teori psikologi individual tentang perasaan inferioritas, Alfred Adler, setiap individu mempunyai kapasiti  untuk mempromosikan perasaan inferioritas pada orang lain. Bentuk promosi perasaan inferioritasnya itu dapat bersifat negatif ataupun positif. Bentuk promosi negatif dari manifestasi inferiority complex syndrome adalah penyakit sosial.
Penyakit sosial adalah bentuk perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang tidak sesuai norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Tolak ukurnya bukan baik atau buruk, benar atau salah tetapi berdasarkan ukuran norma dan nilai sosisal dalam masyarakat. Penyakit sosial tersebut dibagi kedalam dua bentuk penyimpangan yaitu individu dan kelompok. Beberapa penyakit sosial yang lahir dari perilaku individu yang mengalami inferiority complex syndrome :
  • Perilaku buli
  • Perkosaan
  • Bunuh diri
  • sentiasa mahu membuktikan dirinya hebat namun kadang kala sentiasa ketakutan
Perasaan inferior dan kompensasi pertama kali dipelajari oleh Alfred Adler pada kecacatan jasmani dan kompensasi. Menurut Alfred Adler dalam bukunya Study of Organ Inferiority and Its Physical Compensation (1907), mendeskripsikannya sebagai proses dari kompensasi atas ketidakmampuan atau keterbatasan fizikal seseorang. Tergantung pada sikap yang diambil atas kekurangan fizikalnya, kompensasi atas ketidakmampuan atau keterbatasan tersebut bisa saja memuaskan atau tidak. Dari pengamatannya pada kecacatan jasmani dan kompensasinya, Adler mulai melihat bahwa setiap individu sebagai seseorang yang memiliki perasaan inferior. Setiap individu memiliki perasaan inferior baik itu dia sedari ataupun tidak. Inferioritas merupakan perasaan yang muncul akibat adanya kekurangan psikologi atau sosial yang dirasakan secara subjektif maupun akibat kelemahan atau cacat yang nyata.
Individu memiliki kekuatan perjuangan yang dibawa sejak lahir. Terdapat perasaan inferior untuk dapat diatasi oleh individu dan untuk mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi dalam hidupnya. Proses inferioritas sudah ada sejak bayi. Kelemahan fizikal akan melahirkan rasa ketergantungan yang sangat terhadap orang dewasa. Bayi yang lemah secara fizikalnya menyedari akan perasaan yang tidak berdaya tersebut untuk menentang kekuatannya. Menurut Adler, Bayi atau anak mengembangkan perasaan inferioritas yang lebih kuat jika pengajaran dan pembelajarannya tidak dalam perkembangan yang baik untuknya.
Sisi inferioritas ini menurut Adler bukan ditentukan oleh faktor genetik tetapi lebih kepada fungsi lingkungan dimana anak tidak berdaya dan cenderung tergantung pada orang dewasa. Inferioritas mutlak dan yang lebih penting adalah amat diperlukan. Inferioritas membuat orang menjadi termotivasi untuk berusaha, untuk maju, untuk terus menjadi lebih baik lagi dan untuk sukses. Gerakan untuk maju dan meningkat merupakan hasil dari usaha kompensasi inferiority feeling.
Penyebab inferiority complex berawal dari anak dengan dua perlakuan berbeza, yaitu anak yang dimanjakan (spoiling child) dan anak yang ditolak (Neglected child). Kedua perlakuan ekstrim tersebut berpotensi melahirkan perasaan inferiority complex. Anak yang dimanjakan oleh kedua orang tua ataupun lingkungan serta persekitaran akan merasa sebagai pusat perhatian dan ia menyedari bahwa hampir semua keinginannya akan dikabulkan persekitarannya. Dari kondisi pengasuhan seperti itu, ia membangun sebuah idea bahwasannya ia adalah orang yang paling penting (the most important person). ketika keyakinan terbangunnya itu dihadapkan pada kenyataan saat memasuki dunia sekolah, anak tersebut akan merasa shock. Lingkungan rumah yang membuainya dengan kemanjaan sangat mempengaruhi dengan dunia sekolah. Hal tersebut dapat membuat anak mengembangkan perasaan inferiornya.
Inferiority pada perkembangan anak yang ditolak (Neglected child) berawal dari keadaan anak yang dirinya tidak diinginkan, ditolak, dan perlakuan berbeza dari orang tuanya. Kondisi itu melahirkan sebuah perasaan ditolak lingkungan dan tidak diinginkan. Anak menjadi    kekurangan cinta dan kasih sayang dan menemukan dirinya merasa tidak aman dan nyaman dengan lingkungan. Dari situ anak mengembangkan perasaan tidak berharga, marah, dan tidak percaya pada lingkungan. Hal itu berpotensi sebagai media berkembangnya perasaan inferior yang dapat menjadi inferiority complex. Ini biasa berlaku dikalangan anak angkat terutamanya anak tidak sah taraf yang tidak dijelaskan atau difahamkan kedudukannya dari awal. Lalu anak itu akan memberontak dan memilih sentiasa berfikiran negetif terhadap diri dan persekitarannya.
Inferiority complex terjadi jika individu tidak mampu mengkompensasi inferioritasnya. Menurut Adler, untuk menjadi manusia, bererti merasakan dirinya inferior. Jadi dia memandang bahawa inferioritas merupakan sesuatu yang kebiasaan sebagai penentu tingkah laku dan bukan merupakan suatu yang abnormal. Bahkan inferior dapat menjadi sesuatu yang mendorong individu agar perlu belajar dan berusaha lebih baik lagi. Akan tetapi individu yang jiwanya tidak sehat akan mengembangkan perasaan inferiornya menjadi berkembang dan melahirkan tujuan sebagai superior personal.
Perasaan inferior itu diolah oleh individu dan dapat melahirkan sikap atau keputusan yang berbeza atas hal itu. Individu yang memiliki perasaan tak lengkap (inferior) yang normal akan mengkompensasi hal itu pada minat sosial. Minat sosial tersebut dijadikan landasan untuk berjuang mencapai tujuan akhir sehingga berjaya dapat dipersepsi dengan jelas. Sebaliknya pada individu yang mengembangkan inferiotitasnya, tujuan akhirnya dipersepsi kabur, kerana individu tersebut berjuang agar menjadi superior. Hal yang dilakukannya adalah menggapai keuntungan peribadi yang melahirkan superioritas peribadi pula.

No comments: